Produk Ramah Lingkungan di tinjau dari Ilmu SAINS

PRODUK RAMAH LINGKUNGAN
Produk Lamah Lingkungan di tinjau dari Ilmu SAINSKebutuhan serat untuk keperluan pembuatan kain semakin meningkat. Hal ini tak bisa dielakkan karena setiap orang membutuhkan kain untuk pakaian mereka. Setiap orang pasti membutuhkan lebih dari satu pakaian. Jadi, bisa kita bayangkan berapa banyak serat yang diperlukan industri tekstil setiap harinya demi memenuhi permintaan dari industri garment, konveksi, dan butik. Permintaan serat paling banyak adalah katun. Sementara tidak semua negara dapat menghasilkan katun yang berkualitas. Ketidak seimbangan antara produksi dan permintaan inilah yang membuat katun semakin jarang ditemui. Ini pun juga berimbas pada harga katun yang semakin mahal. Sekalipun begitu, permintaan katun tetap tinggi. Produksi katun tidak bisa seimbang dengan permintaan karena katun tidak bisa tumbuh dengan baik di sembarang tempat. Katun bisa tumbuh dengan baik di daerah yang permukaan tanahnya kering tapi tanahnya mengandung banyak air. Mesir merupakan penghasil katun berkualitas yang terbesar. Gurun pasir dan sungai Nil yang dimiliki negara inilah yang menjadikan katun bisa tumbuh subur. Mahalnya dan sulitnya menemukan katun membuat para pelaku industri tekstil mencari alternatif lain untuk menghasilkan kain yang senyaman katun tapi dengan harga yang relatif lebih murah. Mulai dari membuat kain dari campuran serat synthetic dan serat katun atau sering disebut T/C jika persentasi katun sedikit dan CVC jika persentase katun lebih banyak. Membuat serat viscose, yakni serat synthetic berserat pendek-pendek sebagai tiruan katun. Hingga menjadikan bambu sebagai serat kain. Kain yang terbuat dari bambu merupakan alternatif yang sangat bagus. Bambu mudah ditemui dan mudah tumbuh di negara mana pun. Bambu juga dapat dipanen sepanjang tahun. Sehingga, produksi kain dengan bahan baku bambu dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengkhawatirkan biaya. Kain bambu merupakan kain ramah lingkungan yang dibuat dari bubur batang bambu. Kemudian bubur dari batang bambu tersebut akan diolah menjadi serat, kemudian dipintal menjadi benang. Benang tersebut kemudian dianyam untuk dijadikan kain tenun (woven fabric) atau pun dirajut untuk dijadikan kain rajut (knit fabric). Bambu memberi keuntungan baik bagi lingkungan maupun konsumen kain bambu. Untuk lingkungan, bambu dapat membersihkan udara dari zat polutan, membutuhkan sedikit air, tidak perlu pupuk atau pun pestisida, waktu panen sepanjang tahun, dan dapat dengan mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan untuk konsumen kain bambu, keuntungan yang kita dapat antara lain memperoleh kelembutan alami karena tekstur dari bambu itu sendiri, mengurangi alergi pada kulit, menyerap kelembaban, anti bakteri, pelindung sinar UV, dan memberi ruang bagi kulit untuk bernapas. Dibanding dengan katun, kain bambu mempunyai beberapa keunggulan. Bambu dapat diperoleh di semua belahan dunia sementara katun hanya bisa tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub tropis. Bambu dapat menyerap air lima kali lebih baik daripada katun. Serat bambu kuat dalam keadaan kering maupun basah sedangkan katun hanya dalam keadaan basah. Bambu juga mempunyai daya mulur yang lebih baik dibanding katun. Menanam bambu lebih banyak mungkin akan menjadi investasi besar bagi kita. Selain baik untuk lingkungan, bambu juga bisa mendatangkan keuntungan dari segi finansial bagi kita.
Serat batang pisang abaka telah dikenal sebagai serat alam yang kuat dan sering digunakan untuk membuat pakaian tetapi belum dimanfaatkan secara komersil dalam industri garmen dan tekstil. Kajian atau penelitian ilmiah yang dapat mendukung penggunaan serat batang pisang abaka sebagai serat alam pengganti serat sintetik sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah serat batang pisang abaka dapat dijadikan pengganti serat sintetik dalam pembuatan kain Musave yakni kain yang ditenun dari campuran benang kapas dan benang abaka. Selain itu penelitian ini juga ditujukan untuk mengetahui komposisi antara benang kapas dan benang abaka yang tepat dalam membuat kain musave. Program penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan. Pengujian kain dilakukan di UPT Unit Industri Tekstil Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta yang meliputi uji kekuatan tarik, uji kekuatan sobek dan uji daya serap kain. Penelitian dilakukan dengan memberlakukan uji terhadap dua macam kain dengan komposisi yang berbeda, yakni kapas 30% - abaka 70% (Musave 1) dan abaka 30% - kapas 70% (Musave 2). Pengujian dilakukan dengan metode perbandingan data literatur SNI 0276 : 2009, SNI ISO 13937 – 1 : 2010, dan SNI 08 – 0404 – 1989. Hasil pengujian menyatakan bahwa secara komersial kain Musave 1 lebih luas penggunaannya menjadi produk (sebagai kain tenun untuk setelan dan kemeja) dibandingkan dengan kain Musave 2. Sehingga disimpulkan bahwa komposisi yang tepat untuk kain Musave adalah 70 % serat abaka dan 30 % serat kapas (Kain Musave 1).

A. Bahan Serat

Istilah serat sering dikaitkan dengan sayur-sayuran, buah-buahan, dan tekstil (bahan pembuat pakaian).

Secara kimiawi serat adalah suatu polimer.

Berdasarkan asal bahan penyusunnya serat dikelompokkan menjadi serat alami (polimer alami) dan serat sintetis (polimer sintetis).

1) Serat Alami

Bahan serat alami diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan mineral.
  • Serat tumbuhan diperoleh dari selulosa tumbuhan, misalnya dari kapas, kapuk, dan rami. Contoh tekstil dari selulosa adalah katun dan linen.
  • Serat hewan berupa serat protein dapat diperoleh dari rambut domba, benang jala yang dihasilkan oleh laba laba, dan kepompong ulat sutera. Contoh tekstil dari serat protein yaitu wol dan sutera.
  • Serat mineral, umumnya dibuat dari mineral asbetos.
2) Serat Sintetis

Serat sintetis merupakan serat yang dibuat oleh manusia, bahan dasarnya tidak tersedia secara langsung dari alam. Contoh kain yang terbuat dari serat sintetis adalah :
  • Rayon
  • Polyester
  • Dakron 
  • Nilon
3) Serat Campuran

Penggunaan bahan-bahan alami dan sintetis dapat dicampurkan untuk memperbaiki kualitas bahan. Contoh tekstil dari bahan serat campuran adalah :
  • TC (Tetoron Cotton) campuran dari polyester dan katun.
  • TR (Tetoron Rayon) campuran dari polyester dan rayon.
Pemanfaatan tekstil dari berbagai macam serat didasarkan pada ciri-ciri seratnya antara lain kehalusan, kekuatan, daya serap, dan kemuluran atau elastisitas. Salah satu cara untuk menentukan ciri dari bahan serat dapat dilakukan dengan analisis pembakaran.

Karakteristik bahan serat :

  1. Serat kapas dari selulosa (kapas) memiliki karakteristik bahan terasa dingin dan sedikit kaku, mudah kusut, mudah menyerap keringat, rentan terhadap jamur dan mudah terbakar. Kalau terbakar nyalanya berjalan terus, berbau seperti kertas, dan meninggalkan abu berwarna kelabu.
  2. Serat linen dibandingkan dengan katun mempunyai ciri lebih halus, lebih kuat, berkilau lembut, kurang elastis, mudah kusut, tidak tahan seterika panas. Serat linen mudah terbakar, bila terbakar nyalanya berjalan terus, berbau seperti kertas terbakar, dan meninggalkan abu berwarna kelabu.
  3. Serat sutera mempunyai ciri-ciri berkilau, sangat bagus dan lembut, tidak mudah kusut, sangat halus, kekuatannya tinggi, dan kurang tahan terhadap sinar matahari. Mempunyai daya serap cukup tinggi, tidak mudah berjamur, sukar terbakar, cepat padam, berbau seperti rambut terbakar, bekas pembakaran berbentuk abu hitam, bulat, dan mudah dihancurkan.
  4. Serat wool, mempunyai ciri agak kuat, tidak berkilau, keriting, kekenyalan tinggi, elastisitas tinggi, dan merupakan penahan panas yang baik, tahan terhadap jamur dan bakteri. Pada pembakaran terbentuk gumpalan hitam dan berbau rambut terbakar.
  5. Serat asbes umumnya mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, daya mulurnya sangat rendah, hanya sedikit menyerap air, sangat tahan panas dan api, dan tahan cuaca. Serat asbes merupakan penghantar listrik dan panas yang jelek, sehingga mineral asbes banyak dimanfaatkan untuk pelapis kabel listrik, sarung tangan, dan tirai.
  6. Serat nilon mempunyai ciri sangat kuat, ringan dan berkilau, elastisitas sangat kuat, tidak mudah kusut, tahan terhadap serangan jamur dan bakteri. Nilon tidak tahan panas, mudah terbakar, meleleh bila dibakar, berbau khas, serta meninggalkan bentuk pinggiran keras yang berwarna cokelat.
  7. Serat polyester mempunyai ciri elastisitasnya tinggi sehingga tidak mudah kusut, tahan terhadap sinar matahari, tahan suhu tinggi, daya serap air yang rendah, tahan terhadap jamur, bakteri, dan serangga. Apabila dibakar polyester mudah terbakar, tetapi apinya cepat padam, meninggalkan tepi yang keras dan berwarna cokelat muda.
  8. TC (Tetoron Cotton) dan TR (Tetoron Rayon) mempunyai ciri kurang dapat menyerap keringat dan agak panas di badan, tidak susut dan mengembang, apabila dibakar akan menghasilkan abu dan arang.
Loading...

0 Response to "Produk Ramah Lingkungan di tinjau dari Ilmu SAINS"

Post a Comment

Monggo Berkomentar dengan Tertib,.!